SAINT NEWS – Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura (FT UTM) sedang melakukan persiapan untuk meningkatkan akreditasi pada setiap Program Studi (Prodi). Proses persiapan tersebut berlangsung dari tahun 2023 hingga 2025. Langkah ini diambil agar para mahasiswa dapat lebih mudah terserap di perusahaan dan mendapatkan pekerjaan yang layak setelah menyelesaikan studi.

Dekan FT, Faikul Umam menyampaikan proses akreditasi melibatkan rasio dosen-mahasiswa dan pencapaian lulusan dalam mendapatkan pekerjaan. Selain itu, Tracer Study digunakan untuk memantau jejak karier dan pengembangan profesional lulusan.

“Syarat akreditasi melibatkan rasio dosen-mahasiswa, dengan batas maksimal 1:30 hingga 1:35, dapat ditambah sesuai kebutuhan universitas. Evaluasi juga dilakukan terhadap lulusan yang berhasil mendapatkan pekerjaan. Yang ketiga dari segi Tracer Study, mahasiswa yang melanjutkan studi atau sudah mendapat pekerjaan diminta untuk mengisi sejenis kuesioner yang disebut Tracer Study,” ungkapnya.

Dalam upaya meningkatkan akreditasi, dilakukan penambahan dosen, percepatan penyerapan lulusan ke dunia kerja, dan penerapan pengelolaan pembelajaran yang terstruktur.

“Dari dosen kita penambahan yang disetujui sekarang itu 20, tapi saya belum mengcrosscheck siapa yang daftar siapa yang lulus. Kemudian yang kedua, FT berkolaborasi dengan beberapa perusahaan untuk percepatan penyerapan lulusan ke dunia kerja, 6 diantaranya siap untuk interview di yudisium yang akan datang. Kemudian kami sudah membuat sistem pengelolaan pembelajaran terstruktur yang akan diterapkan semester depan,” jelasnya.

Faikul Umam menambahkan adanya kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan akreditasi.

“Untuk kendalanya ya itu salah satunya dari mahasiswa yang sudah lulus minim sekali untuk mengisi research tadi dan saya bilang itu masalah klasik. Kemudian, yang kedua pengambilan jumlah dosen atau dosen baru, jadi kita tidak bisa seenaknya. Jadi dari dulu memang tidak pernah seimbang antara jumlah dosen dengan mahasiswa. Penyebabnya karena pengajuannya itu langsung ke Jakarta sehingga melambatkan proses,” tambahnya.

Selaras dengan Dekan FT, Ketua Program Studi (Kaprodi) Sistem Informasi (SI), Budi Dwi Satoto menuturkan Tracer Study mengalami kendala, terutama dalam pengisian formulir door-to-door, dengan hambatan meliputi manajemen sumber daya manusia, belum tercapainya target Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS), dan perubahan format oleh unit infokom.

“Salah satu hambatan tersulit di UTM terkait dengan Tracer Study. Saat ini, proses pengisian form oleh para alumni masih menggunakan sistem door-to-door, yang kemudian akan mengalami pengecekan dan penilaian dari atasan. Kendala utama muncul dari manajemen sumber daya manusia, serta belum terpenuhinya target RKPS karena membutuhkan waktu. Selain itu, perubahan format oleh infokom juga menjadi faktor yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan,” tuturnya.

Kaprodi yang akrab disapa Budi menyatakan terdapat alternatif yang dapat diambil untuk mengatasi kendala dalam meningkatkan akreditasi.

“Alternatif yang lain ya harus melihat dan membandingkan tempat lain bagaimana mereka melakukan akreditasi. Beberapa universitas lain mempunyai tim khusus untuk menangani akreditasi, serta melakukan injeksi-injeksi,” ungkapnya.

Salah satu mahasiswa prodi SI, Muhammad Arif Risqy menyatakan mahasiswa dapat membantu meningkatkan akreditasi prodi dengan mengisi kuisioner.

“Mengisi kuesioner, itu untuk mendapatkan rasio data yang bakal dibutuhkan, ya memang dibutuhkan soalnya suara mahasiswa yang bakal jadi penilaian akreditasi,” tuturnya.

Pria yang akrab disebut Risqy menambahkan, tidak semua mahasiswa mengisi kuesioner dapat menghambat proses kenaikan akreditasi prodi.

“Jelas-jelas menghambat, cuma kan ya kita gabisa maksa suara mahasiswa juga. seharusnya dari mahasiswa itu sendiri ya mempunyai kesadaran diri lah, karna itu kenaikan akreditasi prodi kan juga untuk dirinya sendiri juga, harus ada kesadaran diri sendiri,” pungkasnya. (Seahorse, Wize Chan, Frey)