Bulan September bisa dibilang cukup memilukan, jika kita mengingat kembali serangkaian peristiwa yang terjadi pada bulan September di beberapa tahun lalu. Berbagai macam rentetan tragedi mengenai pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia terjadi pada bulan September. Sangat disayangkan dari sekian banyak kasus yang telah bergulir, beberapa diantaranya tidak terselesaikan atau masih tetap menjadi sebuah misteri hingga saat ini. Sebut saja, kasus munir dan tragedi semanggi. Oleh karena banyaknya peristiwa yang terjadi, bulan ini pun mendapat julukan sebagai “September Hitam” oleh Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS). Lalu, peristiwa apa saja yang masuk dalam rentetan “September Hitam”? Berikut beberapa diantaranya :

1. Peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30SPKI) pada tahun 1965

Peristiwa ini merupakan salah satu gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI, dengan cara mengincar perwira tinggi Tentara Negara Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Gerakan ini bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Gerakan ini menewaskan 6 jenderal dan 1 perwira diantaranya adalah Jenderal TNI Achmad Yani, Letnan Jenderal (Letjen) R. Suprapto, Mayor Jenderal (Mayjen) M.T. Haryono, Letjen S. Parman, Mayjen D.I. Panjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten  Pierre Andreas Tendean. Dimana semua jenazahnya ditemukan disebuah sumur kecil di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta timur.

2. Pembantaian masyarakat secara massal terhadap PKI tahun 1965-1966

Jendral Soeharto, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), menuduh PKI mendalangi G30S. Kemudian Soeharto menyusun rencana pembasmian terhadap orang-orang yang terkait dengan PKI. Diperkirakan ada satu juta orang saat itu yang dianggap berkaitan dengan PKI kemudian dipenjara dan setengahnya dibantai dalam peristiwa tersebut.

3. Tragedi Priok II tahun 1984

Kerusuhan ini berawal dari penerapan kebijakan asas tunggal Pancasila untuk menjaga stabilitas pemerintahan Orde Baru. Pada akhir tahun 60-an menjelang awal tahun 70-an, rezim ini mulai menekan umat Islam demi panggung pemilu. Dalam tragedi ini, dilaporkan sebanyak 24 korban tewas dan 54 korban lainnya terluka (termasuk militer). Sementara masyarakat Tanjung Priok sendiri memperkirakan total 400 orang terbunuh atau hilang.

4. Tragedi Semanggi 1999

Tragedi ini merujuk kepada 2 contoh protes publik terhadap pelaksanaan dan metode sidang istimewa yang mengakibatkan tewasnya warga sipil. Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998 yang mengakibatkan tewasnya 17 warga sipil. Sedangkan Tragedi Semanggi II terjadi pada tanggal 24 September 1999 yang menewaskan 12 korban dimana salah satu korbannya adalah pelajar, serta 217 korban lainnya mengalami luka-luka.

5. Pembunuhan munir pada tahun 2004.

Munir yang saat itu dikenal sebagai aktivis HAM meninggal dikarenakan racun arsenik dengan dosis yang tinggi di pesawat dalam perjalanan menuju ke Belanda. Walaupun pelaku sudah ditangkap dan dijatuhi hukuman, namun dalang yang sebenarnya masih menjadi tanda tanya sampai saat ini.

6. Wafatnya Salim Kancil tahun 2015

Salim Kancil, seorang petani dan aktivis lingkungan hidup yang dibunuh karena menolak adanya penambangan pasir ilegal di Lumajang, Jawa Timur. Salim dibunuh secara keji sesaat sebelum demo penolakan tambang pasir ilegal, Salim dikeroyok oleh 40 orang yang menggunakan senjata tajam dan senjata tumpul

7. Tragedi reformasi di korupsi tahun 2019

Ratusan mahasiswa berkumpul di depan Gedung DPR RI untuk menyuarakan penolakan atas pengesahan revisi Undang Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) dan rencana pengesahan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP). Massa aksi ini datang dari sejumlah perguruan tinggi. Awalnya demo hanya berlangsung di Jakarta, yang kemudian menyebar ke berbagai daerah lain dan menjadi aksi nasional. Rangkaian aksi ini diwarnai kericuhan antara aparat kepolisian dan peserta aksi yang beredar di berbagai media sosial. Dari beberapa video yang beredar, tampak jelas polisi melayangkan sejumlah pukulan, tendangan, maupun melemparkan benda tumpul ke arah demonstran.

8. Penembakan Pendeta Yeremia tahun 2020

Pendeta Yeremia Zanambani tewas ditembak di Kampung Hitadipa, Papua pada 19 September 2020. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengungkapkan adanya keterlibatan anggota TNI dalam kasus pembunuhan pendeta Yeremia, Mereka merekomendasikan agar kasus tersebut itu dibawa ke peradilan demi transparansi. Namun, sampai
kini pihak TNI dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) masih saja
menyulitkan proses pegadilan tersebut.

Serangkaian peristiwa tersebutlah yang telah mengisi daftar “September Hitam” hingga saat ini. Catatan peristiwa itu semoga tidak membuat kita menjadi lupa akan sejarah kelam yang pernah terjadi di Indonesia. Bukan untuk dikenang, melainkan untuk menjadi pembelajaran semua orang bahwa keadilan harus ditegakkan. (Dee)