Masa SMA merupakan masa masa terindah bagiku. Ya walaupun hanya dua tahun saja ku lalui, namun cukup lah ya untuk sekedar mengembangkan diri. Sejak pertama masuk, perhatianku belum terlalu tertuju pada sebuah perasaan. Entah mengapa saat bulan-bulan pertama, tujuanku hanya memikirkan bagaimana caranya bisa lulus dengan predikat yang luar biasa. Tetapi saat sudah memasuki semester yang kedua, semuanya mulai berubah. Ada seorang gadis yang cukup menarik bagiku. Menurut teman-teman sih wajahnya cantik dan sikapnya sedikit kalem layaknya seorang gadis biasa. Semuanya itu membuat aku penasaran kepadanya. Inginku menyapa dia layaknya seorang laki-laki, yang tertarik pada seorang gadis pada umumnya. Akan tetapi entah mengapa perasaan dan pikiranku seperti kaku dan dingin saat berada di dekatnya. Selain itu jantung juga berdegup kencang, keringat dingin sekujur tubuh, hingga susah untuk berekspresi. Apakah ini yang dibicarakan teman-teman soal jatuh cinta? Terlalu dini memang untuk jatuh cinta, mengingat aku dan dia belum pernah berbicara secara dekat. Tetapi bagaimana lagi, perasaan tidak bisa dibohongi. Inikah jatuh cinta pada pandangan pertama?

Namaku Yoga dan gadis menarik itu bernama April. Tinggiku lumayan, teman-teman mengategorikan ideal, sekitar 172 cm dan April mungkin sekitar 155 cm. Kulitnya putih bersih dan perawakannya ideal untuk ukuran seorang gadis pada umumnya. Perkataannya sopan, kalem, dan dia juga sangat aktif. Tetapi jujur, aku belum pernah mengobrol atau berbicara secara dekat dengannya. Ya memang sih, Aku laki-laki yang tak terlalu paham cara mendekati seorang gadis. Aku lihat, tidak sedikit para lelaki yang ingin berkenalan dengannya. Bagiku ya wajar-wajar saja, jika ada gadis cantik  biasanya para laki-laki berebut ingin berkenalan. Namun, setiap saja ada yang mendekatinya, ia selalu menolaknya. Padahal menurutku, laki-laki yang mendekatinya juga memiliki nama baik saat di SMA. Aku tidak tahu mengapa, mungkin dia terlalu memproteksi diri dengan para lelaki. Terkadang dia juga sedikit cuek atau dingin kepada laki-laki yang sengaja berniat untuk mendekatinya. Dari situ, Aku juga merasa takut. Ya mungkin bisa saja pada saat ingin lebih mengenal dan ingin mendekati dia, dianya malah cuek. Itu bisa membuatku trauma untuk kenalan dengan wanita lagi. Tapi aku mencoba mencari suatu kesempatan agar bisa berbicara dengan dirinya.

Hari Senin dengan suasana yang cerah pada pagi hari, aku sengaja berangat lebih awal karena ada kegiatan upacara. Setibanya di sekolah tiada seorang pun yang ada di sana. “Wah, ternyata aku terlalu pagi yah berangkatnya sampai sampai belum ada seorangpun di sini” gumamku. Juga hari ini bertepatan pada jadwal piketku, akhirnya aku mulai saja membersihkan kelas terlebih dahulu.

Tak ada aktifitas lain setelah selesai menjalani kegiatan piket, yang aku lakukan hanya melamun di atas meja. Oh iya, April. Dia itu duduk di depanku. Jadi memang disengaja atau tidak, aku duduk tepat di belakangnya. Itu juga yang menajadi semangat ku bersekolah, hehehe.

Tiba tiba lamunanku buyar setelah ada wanita masuk ke kelas. “Hai kok melamun saja?” kata wanita itu. “Eh, enggak kok cuma ingin bersantai dan istirahat saja setelah piket tadi, hehehe” jawabku canggung. “Oh, gitu yah… iya nih aku juga mau piket, untung kamu sudah membersihkan. Jadi tugasku tidak terlalu banyak”. Tambahnya dengan senyum manis. Oh saat dia senyum, seketika hatiku leleh, bagaikan es batu yang langsung disinari cahaya matahari. Lalu aku menanggapinya sedikit dingin, “Yah kan emang aku rajin, tuh aku sediain sedikit kerjaan, biar kamu ga makan gaji buta”. Sambil memberikan ekpresi datar. Dia tak menggubris, hanya menoleh dengan raut wajah yang bagiku cukup manis, dan membuatku leleh untuk kedua kalinya. Jadi memang, April ini satu jadwal piket denganku. Oleh karena itu, aku selalu ber-semangat untuk datang pagi hari hanya untuk piket….

Tak terasa jam sudah agak siang dan banyak teman teman kami yang tiba. Sebenarnya ketika berbincang tadi aku sedikit takut jika dia akan cuek padaku akan tetapi tidak, dia sangat berbeda dari apa yang aku pikirkan. Dia sangat hangat. Jam sudah menunjukkan jam 07.00 dan waktunya upacara dimulai. Waktu upacara hanya  sebentar, namun disaat itu aku sering memandang wajah April yang tentunya aku lakukan dengan sembunyi-sembunyi. Malu juga jika ketahuan memperhatikannya. Bagiku dia begitu sempurna. Aku membayangkan bisa bersanding dengannya kelak. Widiiihhh aku terlalu tinggi mengkhayal.

Hari berganti hari, miggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Aku dan April sudah semakin akrab. Aku sudah tidak merasa canggung lagi bercengkerama bahkan bercanda dengan dia. Sejak awal aku memendam perasaan padanya akan tetapi hingga saat ini aku belum berani mengungkapkannya. Maklum dia merupakan wanita pertama yang mampu membuatku penasaran. Hingga aku tahu ada anak laki-laki, yang merupakan kakak kelas ternyata juga suka padanya. Laki-laki itu sama sepertiku, suka dengan April akan tetapi yang membedakan yaitu dia lebih berani untuk menunjukkan sikap bahwa dia menyukainya. Sedangkan aku sedikitpun tak ada keberanian padaku. Aku takut ditolaknya. Hingga akhirnya aku pendam rasa ini tanpa sepengetahuannya. Tersiksa memang, tapi aku tak mempunyai kekuatan super seperti supermen. Wajahku tidak setampan artis Zayn Malik, beda dengan laki-laki itu yang jujur saja dia berwajah seperti model. Aku tidak mau tersiksa oleh perasaanku sendiri dan aku memutuskan untuk menjauhi April. Aku menjauhinya bukan karena aku benci dia tapi demi menyelamatkan perasaanku.

Hatiku diliputi rasa cemburu tatkala mereka jalan berdua sementara hatiku semakin hancur ketika aku mendengar jika mereka sudah jadian. Sepulang sekolah April memanggilku. “Yoga, kok akhir akhir ini kamu kok aneh sih?” tanya April sembari mendekatiku. “Aneh bagaimana maksudmu April?” jawabku. “Kamu kayaknya menjauhiku ya, memang kengapa apa aku ada salah sama kamu Yog?” tanya April penuh heran. “Ah enggak kok, mungkin itu hanya perasaanmu saja pril sudah ya aku buru-buru mau pulang nih soalnya dirumah sibuk” jawabku. “Tunggu Yoga, kamu belum menjawab pertanyaanku… Yog… Yogaaa!” teriak April padaku yang telah berlalu.

Keesokan harinya aku berjanji pada diriku sendiri jika aku akan melupakan April dan aku juga berjanji tidak akan pernah menceritakan bagaimana perasaanku sebenarnya padanya. Sulit memang melupakan orang yang sebenarnya kita cintai tapi mau tak mau aku harus move on. Salahku memang, aku mencintainya tapi aku tidak berani untuk mengungkapkannya aku seorang pecundang sejati. Waktu itu aku benci dengan diriku. Dengan seiring berjalannya waktu, hubungan April dan Laki-laki itu semakin erat saja hingga kelas 2 SMA. Dan setelah lulus aku tidak tau bagaimana hubungan mereka, serta aku tidak pernah berhubungan ataupun kontak dengan April. Sampai saat ini aku  belum menjalin hubungan dengan seorang wanita. Karena memang, menurutku April satu-satunya wanita yang bisa membuatku begitu penasaran. Aku masih berharap ia dapat mengenali perasaanku, walaupun sudah tidak bersama lagi.

Penulis : qyn

Editor : Yep, Zie