Seorang pria berbadan besar, gagah berjalan melangkah keluar dari pintu penjara. Dengan baju putih berbalut jaket dan celana jeans berwarna biru, tak lupa sobekan di sana sini serta rambut gondrong ikal tak diikat, semakin menambah kesan sangar pada pria itu. Setelah sedikit jauh berjalan akhirnya pria itu duduk di sebuah warung pinggir jalan yang membuat si penjaga warung sedikit ketakutan. “Mau pesan apa mas?” tanya si penjaga warung. Menyadari si penjaga warung sedikit ketakutan pria itu justru semakin memainkan mimik wajahnya seraya berkata “Aku pesan satu nyali untukmu dan kopi tanpa gula untukku” sontak si penjaga warung terdiam dan membuatkan secangkir kopi untuk pria tersebut. Sambil mengantarkan pesanannya, si penjaga warung sama sekali tidak berani menatap wajah mantan napi yang sedang membaca koran itu. “Apa benar kemaren terjadi perampokan lagi di kota ini?” pertanyaan dari pria itu memecahkan keheningan di antara mereka berdua. Si penjaga warung berhenti untuk mengiyakan pertanyaan itu, setelah sedikit terjadi dialog diantara mereka, si penjaga warung menyadari ternayata pria sangar itu sangat asyik saat diajak mengobrol.

Teett… Suara klakson mobil di sebrang jalan membuat mereka berdua menoleh ke arah yang sama, seorang wanita seksi berkaca mata hitam dengan ikatan jaket jeans di pinggang dan hanya menyisakan kaus lengan pendek yang dipakai dibadannya membuat mata si penjaga warung berhenti berkedip untuk sesaat, namun tidak dengan si mantan napi. “Ariyaaa” suara teriakan wanita itu, diikuti dengan lambaian tangan yang mampu mengembalikan kedipan mata si penjaga toko. Dari teriakan wanita itulah si penjaga warung tau nama pria tersebut adalah Ariya. Padahal si penjaga warung dan Ariya sudah mengobrolkan banyak hal dalam waktu yang lumayan lama. “Hai Mit” sahut Ariya dengan wajah yang datar, “Mitaa” wanita itu mempertegas namanya. Ariya memperkenalkan Mita kepada si penjaga warung untuk kemudian membayar pesanannya dan segera kembali pulang. Di tengah perjalanan Ariya dan Mita melepas rindu dengan saling memeluk dan bercerita panjang lebar, layaknya pasangan kekasih pada umumnya. Mita bercerita tentang kenaikan jabatannya di kantor dan Ariya bercerita tentang caranya menguasai penjara. Ada banyak orang yang mengatakan bahwa mereka adalah pasangan yang aneh dan berakhir babak belur karena dipukuli Ariya. Satu satunya orang yang tidak berakhir babak belur setelah mengatakan kalau mereka adalah pasangan yang aneh adalah Ayah Mita, selain karena Ayahnya mengatakan itu sebagai lelucon, dia juga mampu menerima Ariya dengan penampilannya yang mirip preman kampung itu.

Kabar bebasnya Ariya dengan cepat menjalar dari telinga ke telinga. Sampai juga kepada seorang kepala gangster di kota yang mengetahuinya setelah mendapatkan laporan dari salah satu anak buahnya. Dengan cepat kepala gangster dengan julukan Bawok itu memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan kendaraan dan segera berangkat untuk membalaskan dendamnya terhadap Ariya. Di lain sisi Ariya yang sedang makan malam bersama Mita dan Ayahnya itu terus dibujuk untuk masuk ke perusahaan milik Ayah Mita. Memang terdengar seperti hal gila, mantan napi masuk ke sebuah perusahaan dan menduduki kursi direktur utama. Memang banyak yang tidak tahu bahwa Ariya Dwi Pangga adalah salah satu lulusan Harvard University dan berhasil meraih gelar magister untuk prodi bisnis dan management. Ariya memang orang yang tidak pantai memamerkan gelarnya di hadapan banyak orang, dia lebih suka menjadi orang yang sederhana dan berpenampilan apa adanya.

Bawok dan beberapa anak buahnya mendatangi rumah lama Ariya, tetapi tidak menemukan apapun disana. Saat ingin pergi, mereka semua dihadang oleh teman teman Ariya yang sedari tadi sudah menahan emosi karena Bawok dan anak buahnya mengobrak abrik rumah teman baik mereka. Perkelahian hampir tumpah di sana, dari kedua kubu telah tersulut emosi dan bersiap untuk saling terkam. Ariya sudah sampai di sana, dengan diantar oleh keponakannya Budi. Budi sudah lama ditugaskan menjadi mata-matanya selama dia berada di dalam penjara karena kasus pencemaran nama baik. Mungkin Ariya tidak akan dipenjara jika dia hidup di negara yang sehat, karena di negara sehat kritik dibalas dengan kritik. Sementara di negara tempat tinggal Ariya kritik dibalas jeruji penjara. Ariya adalah seorang aktivis saat masih menjadi mahasiswa di Harvard University dan kebiasaan mengkritik sesuatu yang kurang benar, terbawa sampai ke negara tempat tinggalnya. Perbedaan tatanan hukum membuat Ariya mendapatkan tempat sebagaimana penyuara kebenaran yang lain yaitu penjara.

Ariya menawarkan jalan damai kepada Bawok demi menghindari jatuhnya korban. Ariya merasa sudah cukup semua kebobrokan yang terjadi di sini. Namun, dengan egosentrisme khas negara itu, Bawok menolak jalan damai yang ditawarkan Ariya dan lebih memilih untuk berkelahi layaknya visi dan misi geng mereka. Kedua kubu pun melangsungkan perkelahian mereka. Ariya yang notabennya manusia pintar namun berpenampilan layaknya seorang preman melawan Bawok dan gengnya yang merupakan kumpulan manusia bodoh yang sok pintar. Walaupun berbekal pistol dan senjata lainnya, geng Bawok mampu dengan mudah ditumbangkan oleh Ariya dan teman-temannya yang justru hanya mengenakan senjata seadanya. Ariya membuat perjanjian dengan Bawok bahwa geng mereka akan dibubarkan dan semua anggotanya termasuk Bawok harus mengikuti perintah dari Ariya.

Hari ini suasana di kantor milik Ayahnya Mita benar-benar ramai. Para karyawan menyambut dengan baik direktur baru mereka, yaitu Ariya. Ariya berpenampilan rapi dan mengenakan jas serta celana hitam licin dengan dasi merah serta rambut gondrong klimis juga kaca mata hitam. Sementara Mita berdiri di sampingnya mengenakan gaun cream dan sepatu hak tinggi yang semakin menambah cantik penampilanny. Di jari keduanya sudah tersemat cincin berlian tanda mereka akan segera melaksanakan pernikahan. Keduanya saling senyum dan membuat seluruh karyawan iri melihatnya. Di lain tempat Budi yang sudah mempersiapkan kopernya dan akan segera berangkat ke Harvard University untuk mengambil prodi ilmu hukum itu, terlihat senang karena Ariya menepati janjinya untuk membiayai kuliah dan seluruh kebutuhannya selama berada di Harvard University. Sementara markas Bawok dan teman-temannya dirubah menjadi sebuah panti asuhan untuk menampung seluruh anak jalanan guna diberikan pendidikan sampai sarjana dan semua biaya itu didanai oleh Ariya, Bawok dan teman-temannya itu pun dijadikan petugas di dalam panti asuhan bekas markas mereka sendiri. Ariya menjalankan tugasnya sebagai direktur utama sambil menyekolahkan banyak anak kurang mampu di kotanya. Hal itu sangat didukung oleh Mita karena memang sedari awal Mita adalah wanita yang tidak banyak menuntut kepada Ariya. Sehingga 80 persen gaji Ariya dia bagi untuk kebutuhan Budi dan panti asuhan serta anak-anak desa yang kurang mampu untuk menempuh pendidikan. Itu semua dilakukan karena Ariya menyadari bahwa untuk merubah sistem negara yang bobrok adalah dengan memajukan kualitas penduduknya. Jika kualitas penduduknya sudah baik maka oknum petinggi negara tidak akan bisa dengan mudah membodohi rakyatnya seperti yang sedang mereka lakukan sekarang.

Penulis : fhm

Editor: Yep