Pagi menjalang datang, matahari terbit menyinari sebuah desa yang sangat makmur itu. Penduduk desa di sana terkenal ramah dan baik pada sesama. Pagi ini, para petani bersiap untuk menyemai benih selepas panen raya kemarin. Mereka berjalan berbaris di pinggir jalan, satu tangan membawa sebuah ember berisikan bekal, benih padi, botol minum, dan sarung. Sementara di tangan satunya, tergantung sebuah topi caping. Mereka berjalan bersama secara berurutan dan terkadang melewati sesama penduduk desa yang tak pernah absen menyapa mereka.

Senin pagi ini, para pegawai juga tak mau kalah dengan semangat para petani desa. Mulai pagi buta selepas subuh, beberapa pegawai berniat berangkat bekerja untuk menghindari macetnya Ibukota. Semua berangkat dengan dengan persiapan mereka masing-masing. Saat itu, Bu Diana dengan daster rumahnya yang rapi, membawakan sebuah kotak berisi bekal untuk sang suami yang bekerja di depan rumah mereka. Kegiatan yang membuat para tetangga takjub, juga iri dengan kehangatan rumah tangga mereka yang baru saja dibina beberapa bulan yang lalu.

Bu Diana seorang perempuan berusia 22 tahun yang baru saja lulus dari perguruan tinggi. Perempuan itu telah dipinang oleh seorang lelaki sebelum ia mendapapatkan pekerjaan. Alhasil, Bu Diana kini hanya menjadi seorang Ibu rumah tangga. Sedikit disayangkan, apabila dilihat dari gelar yang ia dapatkan.

“Bu, lihat tuh si Diana. Kasian banget ya, padahal baru saja lulus kuliah, eh langsung menikah. Padahal masa mudanya bisa dibilang masih panjang” ucap Bu Galih kepada sekumpulan Ibu-ibu yang tengah memilih sayur di gerobak.

“Huss, Bu tidak boleh bilang seperti itu. Kalau ternyata Bu Diana enjoy dengan pernikahannya ya, biarkan saja. Malah justru bagus Bu, anak muda seusisanya tidak perlu lagi melakukan zina dengan pacaran. Menikah itu menghindarkan anak muda dari hal-hal seperti itu lho Bu. Terutama hamil di luar nikah. Nikah muda tidak melulu tidak baik Bu” sanggah Bu Ratna panjang lebar.

Semua orang kembali fokus untuk memilih sayur-sayuran di gerobak penjual langganan mereka. Hingga datanglah seorang Ibu-ibu bernama Sari yang merupakan tetangga Bu Diana. “Selamat pagi Bu…” Bu Sari menyapa semua Ibu-ibu yang sedang asyik memilih sayur

“Tuh Bu Ratna tanya saja sama Bu Sari, kalo selama ini Bu Diana itu ga bahagia nikah muda” Bu Sari yang merasa terpanggil namanya menghampiri mereka, “Ada apa ya Bu Galih ?” Bu Galih tersenyum. “Oooh ini lho Bu Sari, Bu Ratna ga percaya kalo nikah muda kaya Bu Diana itu sebenarnya sangat disayangkan. Kasian masih muda tidak mengejar mimpi, tapi malah nikah dan jadi Ibu rumah tangga” ucap Bu Galih dengan semangat

“Mmm, saya tidak sepenuhnya setuju dengan Bu Galih. Tapi, saya pernah lho Bu, waktu malam saat saya meletakkan selang di halaman belakang, saya mendengar Bu Diana menangis lho Bu. Cuma, karena apanya saya juga tidak tahu. Kasian Bu Diana, masi muda tapi harus membawa beban jadi Inu rumah tangga”

“Lho bener kan ya Bu, nikah muda itu sangat disayangkan. Kalau boleh saya tau Bu Sari, kapan ya Bu kejadian itu?” mendengar hal itu Bu Sari tampak berpikir, berusaha mengingat-ingat kapan tepatnya hal itu terjadi

“Sepertinya sekitar dua hari yang lalu Bu Galih. Saya kalau ada di sana juga, rasanya saya mau memeluk Bu Diana. Saya kasian sekali mendengarnya menangis seperti itu di halaman belakang” ucap Bu Sari dengan simpati

“Tapi kan Bu, setiap rumah tangga pasti ada saja masalah yang dihadapi. Kita sebagai Ibu rumah tangga juga tidak mungkin kan rumah tangga kita selalu berjalan mulus. Hanya saja kita tidak pernah menunjukkannya kesemua orang. Apalagi seperti Bu Diana yang masih muda. Masih awam untuk usianya mengarungi behatera rumah tangga. Jadi, wajar jika Bu Diana sempat menangis seperti itu. Saya rasa sebagai tetangga yang hidup berdampingan, alangkah baiknya kalau kita saling meringankan beban tetangga kita sebisa kita. Ya kan Bu?” semuanya diam mendengar ucapan Bu Ratna menanggapi ucapan Bu Galih dan Bu Sari

“Iya si Bu, benar juga. Tidak mungkin rumah tangga selalu berjalan mulus. Apalagi mereka pasangan muda-mudi, pasti masih ada yang egois, tidak sabaran ataupun kurang dewasa. Tapi kan, dengan begitu nanti mereka akan dewasa dengan sendirinya. Ya kan Bu?” semua mengangguk mendengar tanggapan Bu Sari

“Kalau begitu saya permisi dulu ya Bu, anak-anak saya sudah ga sabar ingin makan” Pamit Bu Ratna kepada semua Ibu-ibu yang tengah berbelanja sayur. Bu Ratna tersenyum diperjalanan pulang. Obrolan pagi ini bersama yang lain sangat mengejutkan sekali. Menikah muda memang tidak salah, tergantung dari bagaimana perspektif orangnya masing-masing. Menikah muda juga baik untuk menghindarkan anak muda jaman sekarang dari perzinahan.  Namun, menikah memiliki mental yang kuat dan sikap dewasa yang cukup. Biar bagaimanapun, masalah dalam rumah tangga tidak seperti pr anak sekolah yang jawabannya bisa ditemukan dalam buku pelajaran. Masalah dalam rumah tangga harus diselesaikan secara berdiskusi bersama. Membutuhkan dua kepala yang dingin, tidak buru-buru, terbawa emosi agar tidak membuatnya semakin besar. Setiap masalah yang dialami oleh sepasang suami istri akan terselesaikan dengan baik jika keduanya saling bekerja sama.

Penulis : Ofi

Editor : Yep