Pernahkah ketika kamu selesai membaca buku, kamu merasa seperti kehilangan bagian dari duniamu? Seperti pada menit sebelumnya, peranmu terasa lebih besar dari dirimu yang sesungguhnya. Dan dipanggung berikutnya tidak. Kamu dibawa ke dalam kondisi yang menekan, asam manis romansa, jerih payah yang terbayar, dan mengubah dunia. Tiba-tiba permasalahan terselesaikan. Hanya seperti itu, dan kalimat terhenti.

Dalam beberapa hari kedepan, gambaran dari setiap kata yang dibaca masih berkelibat dalam otak. Rasanya seperti sesaat kamu sedang membaca sebuah buku, dan kemudian tidak. Dunia itu terasa masih berjalan dan menjadi bayang dalam kehidupan nyata. Terpikir untuk terus membaca buku tersebut? Tidak bisa. Karena halamannya sudah selesai.

Ini adalah keadaan dimana kita masih terjebak dalam fantasi dunia yang dibangun sebuah buku meski sudah kembali ke realita. Posisi ini disebut dengan istilah Book Hangover (mabuk buku). Menurut ensipedia.id, Book Hangover adalah perasaan seseorang yang tidak bisa berhenti memikirkan cerita fiksi yang habis dia baca. Ketika cerita telah berakhir atau tamat, seseorang tidak dapat melupakan alur maupun karakter dalam novel tersebut. Jika ini terjadi, butuh beberapa waktu sampai pulih untuk menemukan buku yang lebih baik dari sebelumnya.

Gejala dari Book Hangover diantaranya, yaitu :

  • Suasana hati terasa lebih muram dan rasa batin yang “kelelahan”
  • Tidak bersemangat pada pilihan buku yang bisa dibaca
  • Sering berimajinasi dan mulai menganggap seakan-akan fantasi tersebut nyata
  • Rasa kehilangan yang mendalam pada karakter
  • Menangis dalam jumlah minimal hingga berlebihan

Ditinjau berdasarkan psikologi membaca yang dikutip dari bookriot.com, menurut Maja Djikic, seorang Profesor Asosiasi dan Direktur Laboratorium Pengembangan Diri di Rotman School of Management, University of Toronto, menjelaskan bahwa bisa jadi kesedihan yang dirasakan pembaca menandakan hilangnya sesuatu yang berharga. Hal yang dimaksud ini seperti kehilangan karakter yang mungkin telah terhubung dengan sangat kuat, atau hilangnya seluruh dunia yang disajikan kepada kita di dalam buku. Selain itu, Book Hangover yang terus berkelanjutan dapat berarti bahwa isu-isu sentral yang diangkat oleh buku masih sangat aktif di dalam jiwa seseorang, dan oleh karena itu pembaca berharap lebih banyak waktu untuk merenungkan dan mengungkap kompleksitas apa pun yang masih mengganggu mereka.

2 tips distraksi yang bisa dicoba untuk keluar dari zona Book Hangover :

  1. Cari distraksi dengan terus produktif

Ketika kita mengalami Book Hangover, hati kita memang terasa kosong namun tidak dengan energy. Hal ini karena kita hanya berlari pada keseruan dari sebuah cerita fiksi. Jadi, cobalah untuk menghabiskan energi yang dimiliki pada kegiatan yang lebih kreatif ketimbang hanya merenung memikirkan buku.

  1. Temukan bacaan atau hiburan lain

Mungkin hal ini akan sedikit susah karena seseorang yang mengalami Book Hangover berpikir akan sulit menemukan buku yang bisa menandingi buku sebelumnya. Tapi, kita dapat mengatasinya dengan membaca kembali buku favorit yang sudah pernah kita baca. Menonton film juga bisa menjadi pilihan yang tepat. Dengan begitu, efek emosional yang kita dapat dari buku sebelumnya bisa terpecah.

Namun, apakah dapat disimpulkan bahwa Book Hangover hanya selalu berdampak buruk? Tentu tidak. Book hangover yang lebih mengarah pada terganggunya emosional dan produktivitas, bisa terjadi bergantung dari efek emosional yang kuat dari pembaca dan jenis buku yang dibaca. Akan berbeda kalau kita membaca buku yang contohnya seperti lebih pada memberikan informasi, sejarah, atau masukan mengenai pengembangan diri bahkan problem solving. Dalam hal ini, mabuk buku yang berlama-lama bisa menjadi hal yang positif. Semakin lama kita bergulut dengannya, semakin besar kemungkinan buku itu memengaruhi cara kita memandang diri sendiri dan dunia.

Menurut Djikic, ketika ‘mabuk’ akan bertahan lebih lama, tidak hanya mencakup emosi kesedihan, tetapi juga emosi yang lebih ‘menggelisahkan’ seperti ketakutan atau kemarahan atau harapan, dan berpotensi menyebabkan melihat diri sendiri dan seluruh dunia dengan cara yang berbeda. Dalam hal ini, ‘mabuk’ akan berlangsung lebih lama dari beberapa hari, dan pikiran secara berkala akan kembali ke buku bahkan berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah buku itu selesai, dan orang tersebut akan menggunakan pengalaman buku itu untuk kepentingannya sendiri.

Dalam uraian diatas, kita mengetahui bahwa Book Hangover merupakan perasaan ketika seorang pembaca menyelesaikan sebuah buku-biasanya fiksi-dan mereka tidak bisa berhenti memikirkan dunia fiksi yang telah kehabisan halaman. Gejala yang umum dialami yaitu seperti terbawa emosional selama berhari-hari, suasana hati muram dan batin yang ‘lelah’, dan rasa kehilangan mendalam pada karakter. Namun terkadang, Book Hangover hanyalah suatu ketidaknyamanan yang bisa kita selesaikan dengan mencari bahan lain sebagai hiburan penggantinya. Peneliti juga menyebutkan bahwa mabuk buku adalah bagian dari cara mengubah pembaca melihat dunia. Dengan pengolahan yang benar, mabuk buku dapat memperluas rasa empati kita untuk orang lain dan bisa menyebabkan kita untuk menghadapi ide-ide kita sendiri tentang diri kita sendiri. Terkadang, mabuk bisa menjadi hal yang baik. (Erv)