Berbahagialah
Walau sesak tertahan di relung hati
Topenglah penutup air mata
Air mata takkan pernah membahasi pundak
Luka itu bersembunyi malu
Hati berperan sebagai pendengar
Menemani di setiap lirih suara
Menahan isak tangis yang berjatuhan
Menunggu hingga rintihannya reda
Berbahagialah
Walau hitam menutupi lengkungan wajah
Canda tawa hanya tipuan belaka
Lesung pipi tetap melenggang manis
Sapaan manja mengubur pilu
Tersenyumlah
Sebagai pengganti rasa pahit
Berbahagialah
Walau beban tak sanggup untuk kau topang
Sebagai tameng ketangguhan untuk berjuang
Bohongi kelemahan
Biar kemunafikan bicara seolah perkasa menguasai
Berlarilah
Hingga ke ujung lelah
Meski sesak seringkali memadati hati
Bertahanlah sebentar (Rof’).