Tampilkan postingan dengan label Sastra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sastra. Tampilkan semua postingan

Dirasa.


Perintah
Bersanding dengan selembar kertas putih
Oh...ada tanda tangan siapa itu?
Tergores apa disana?
Nampakkah engkau wahai jelata?
Perihal apa isinya.
Gejolak aksi yang membungbung di luar sana
Itu sebab lahirnya sebuah perintah
Riuh rendah gemuruh massa
Menuntut segera turunnya pemerintah
Yang dirasa kurang bijaksana.
Dirasa??
Hanya karena sebuah kata
Dirasa,
Hingga sang raja harus turun tahta
Dirasa.
Sudah tak sanggup memegang amanah
Dirasa
Hanya sebuah kata yang mampu mengubah
Namun itulah realitanya,
Hari dimana terjadinya
Momen yang tak lekang oleh masa
Hingga turun surat perintahnya. (KD)

Romeltea Media
LPM - SAINT Updated at:

Surat Perintah

Pesawat kertasku 'kan melaju
Membawa surat perintah bagimu
Kata-kata yang hingga kini ku tak tahu
Tapi begitulah ia berseru
Surat perintah tlah di tanganmu
Kau baca dengan menggebu
Mengartikan bait yang keliru
Sambil piring sendok beradu
Sudahkah kau tahu
Apa makna tersurat di situ
Apa makna tersirat dalam kalbu
Lekat....
Kau tatap lagi kertas di tanganmu
Kau baui aroma bagai candu
Membuat bibir membisu
Lidah kelu
Otak beku
Mata syahdu
Tubuh kaku
Luka membiru
Surat perintah itu
Kini menuntunmu
Membawa ragamu
Melambungkan jiwamu
Menuju gerbang ke tujuh
Bernama orde baru (KD)

Romeltea Media
LPM - SAINT Updated at:

Anugerah Yang Salah

Di kesunyian malam itu
Gerimis datang menyerbu
Memberikan kesejukan pada setiap makhluk
Membagi kehidupan bagi semua yang hidup
Untuk rumput yang hampir kering
Untuk sungai yang telah dangkal
Untuk para katak penghuni bengawan
Namun .....
Tak sedikit diantara meraka yang mendongkol
Orang-orang berseragam itu
Selesai mencari nafkah, mereka tak dapat pulang
Tak dapat menemui keluarga
Emperan toko menjadi pelindung
Pelindung dari tumpahan Anugerah
Yang tak pernah mereka harap
Yang tak penah mereka Rindu
Mereka hanya menggerutu
Entah siapa yang mereka salahkan
Mungkin kepada Dzat yang menurunkannya
Yang telah salah menurunkan Anugerah
Yang tak tepat waktu dan tempat. (KD)

Romeltea Media
LPM - SAINT Updated at:

Dan Lalu Kuncupku


suatu waktu
Di coklat kemarau
bakal kuncup itu masih pulas

Dalam biji pelindung
Menunggu hujan
yang mengantarkannya
Dari ketiadaan sementara

tunas menghijau
Menggeliat di bawah mentari lembab
Malu-malu menengadah
Menantang sang mentari yang mulai memerah saga

“Hai”, sapanya ramah..
Kemudian sunyi.
Hanya angin mendesau sepi.

Dan Lihatlah,
Dengan mata itu,
Acuh mereka tak peduli,
Pada kuncup yang baru terlahir pagi tadi

Kemudian hari menggelap
Dunia kembali terlelap

[a.b]




Romeltea Media
LPM - SAINT Updated at:

Peri dan Kuntum Lily di Gurun Lapelle


Peri  itu berkedip padaku
Dengan senyum yang tak dimiliki insane lainnya
Bertutur kasar pada apa kata hatinya
Bagai kelapa  yang ranum di ujung pohon jati

Tak sama dengan kuntum lily yang satu
Di gurun tandus lily itu tumbuh indah
Putih merekah dengan butir-butir air di wajahnya
Dengan goresan merah di sela-sela lembut bibirnya
Tiada ku dengan suaranya
Tiada ku tahu ujar akan namanya
Aku tuli
Aku buta
Tuli dengan haskie dan lirih suaranya
Buta dengan lekuk serta gurat-gurat nadi di lehernya
Anganku untuk bergulat dengan gurau
Dengannya, dengan tetes embun dari matanya

Jika Hammingway bercerita tentang  senja di Paris
Maka aku akan mendongeng
Dongeng tentang teriknya siang
Dongen tentang dinginnya malam
Dongeng tentang lily yang merekah di titik mentari
Bercecer noktah-noktah kusam di muka seorang perawan
Saat jujur ku berucap akan eloknya kelopak
Maka gigiku menjepit lidah dan berdarah
Karena betapa mulianya dia dan putih ranah pipinya
[Pak W]


Romeltea Media
LPM - SAINT Updated at:

Anggrek Putih Untuk Anisa

Seakan waktu berhenti dan angin dingin masuk ke dalam ruangan Melati,sebuah kamar rawat inap di RS.PHC,Tanjung Perak,Surabaya.Ditempat yang dingin dan serba berwarna putih tersebut,Annisa terbaring kaku.Ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menunggu waktu untuk ajal menjemputnya.
Dokter telah memeriksanya secara intensif dan memprediksi bahwa usianya tidak akan lama lagi,yakni kurang 2 minggu lagi,karena penyakit diabetes dan gagal ginjal yang dideritanya sudah parah.Satu-satunya yang dia tunggu dan menjadi permintaannya yang terakhir adalah bunga Anggrek Putih.Ya,bunga Anggrek putih yang pernah dia lihat.
                Tapi,adakah bunga Anggrek putih yang tumbuh di daerah Indonesia? Tanya Alfin,sang kekasih,yang sebenarnya tidak yakin.Yang pernah ia lihat hanyalah bunga anggrek bulan.Tapi kalau Anggrek putih? ia tidak yakin.
“Apakah engkau yakin ada Anggrek berwarna putih,sayang?”
“Aku yakin.Aku pernah melihatnya”.
“Bukan dalam mimpi?”.
“Bukan.Di sebuah taman.Aku lupa taman itu.rasanya ada di daerah Kamal”.

 Alfin terdiam.Dari raut wajahnya terpancar keraguan,dan itu bisa ditangkap oleh Annisa.
“Carilah,sayang.Jangan ragu-ragu.Hanya itu permintaanku yang terakhir yang aku pinta darimu”.Annisa meyakinkan kekasihnya.
Kemudian dengan rasa cinta,Alfin berangkat untuk mencari bunga tersebut,tanpa ragu-ragu.Ia menuju taman-taman didaerah Kamal,UTM,dan menyelusuri seluruh sudutnya.Tidak menemukan disana,iapun mencoba mencari bunga itu di toko-toko bunga yang ada di Surabaya.Selat Madura pun dia lalui dua kali.Berhari-hari dia mencari bunga tersebut diseluruh sudut daerah sekitar Surabaya-Kamal.Akan tetapi,dia masih belum mendapatkan bunga Anggrek putih tersebut.
“Bunga Anggrek putih dimana ya? Aku sangat butuh bunga tersebut ”.Tanyanya ke seorang mahasiswa UTM,sahabat dekatnya.
“Ah,kamu ada-ada aja deh.sampai ke Merauke pun kamu gak akan menemukan bunga tersebut”.
“Tapi,Annisa pernah melihatnya”.
“Paling-paling itu bunga mainan kali !!!”.
“Jangan bercanda!!! Ini serius.usianya hanya tersisa seminggu lagi.Hanya sekuntum bunga Anggrek putih yang bisa dia pinta dariku untuk terakhir kalinya ”.
“Kalau memang tidak ada,ya harus bagaimana?”
Alfin langsung lemas mendengar jawaban itu.Ia sadar,siapapun tidak akan menemukan sesuatu yang tidak pernah ada,kecuali tuhan.Tapi,bagaimana dia harus meyakinkan ke Annisa bahwa bunga itu tidak pernah ada di negeri ini,kecuali hanya ada didalam mimpi.Jangan-jangan dia hanya melihat di dalam mimpi?.
Setelah waktu Annisa kurang 2 hari lagi di dunia ini,kemudian Alfin mendatangi Annisa ke RS.PHC,Surabaya dengan tangan kosong.Sesampainya disana ia melihat banyak gerumunan orang yang mendatangi Annisa dan menangis di dekatnya.
Ia kemudian langsung menghampiri Annisa dan ternyata Annisa telah berpulang dari dunia ini.Alfin yang terkejut langsung memeluk jasad Annisa yang tersenyum sambil memenggam  beberapa tulisan di sebuah kertas.

 “Untuk Alfin kekasihku”

Maafkan aku yang dari awal tidak mengatakan bahwa bunga Anggrek putih itu tidak ada dimana-mana.aku hanya ingin bercanda untuk terakhir kalinya denganmu,kena deh! Hehehe.
Bunga Anggrek putih itu sebenarnya ada ,tapi hanya ada di halaman depan rumahku.Setelah engkau terima tulisan ini dari aku,berarti aku sudah tiada di dunia ini.Setelah aku tidak ada di dunia ini,tolong rawatlah bunga Anggrek putih yang aku tanam ya.Maafkan aku ya kekasih ku…Selamat  tinggal Alfin jelek.yeeeekkkkkkkk……..

                                                Annisa
Setelah Alfin membaca tulisan Annisa tangisannya menjadi semakin histeris.dan pelukannya pun seemakin erat memeluk Annisa yang kini tidak bernyawa lagi.
“Bangun Annisa………..kita akan berdua lagi seperti biasanya”. Ucap Alfin sambil menangis.

                                                (MAH)

Romeltea Media
LPM - SAINT Updated at:

Teknik Menagih

Selembar kertas putih tergelar
Di bawah kibaran sang merah putih
Di bawah naungan sang biru
Fakultas Teknik tercinta
Kami junjung tinggi namamu dengan suka cita
Kami kibarkan benderamu dengan gagah perkasa
Kami menunggu pemerintahanmu yang baru
Tanpa banyak selisih dan menjatuhkan
Birukan sang biru menjadi lebih biru
Bagi engkau sang pemimpin,
Kami hanya ingin keamanan dan kedamaian di negeri tersayang
Miliki pemimpin yang adil berjiwa kemanusiaan
Pengasih serta tak pernah hianat pada kepercayaan
Mengibarkan sang biru dengan segala kemampuan
Gendang demokrasi telah ditabuh
Semangat telah mulai tersuluh
Teriak kami telah lama bergemuruh
Kesadaran harus lekas tumbuh
Selama nyawa masih dalam tubuh
Demi kebersamaan yang selalu utuh
(Kadarwati)


Romeltea Media
LPM - SAINT Updated at:

AMANAH KAMI DI TAHTAMU

Setengah abad lebih telah berlalu
Kala proklamasi terbaca dengan api semangat
Semangat tuk bebaskan negeri pertiwi
Dari derap jajahan setan setan asing nan bengis

Kini merdekalah tanah negeriku
Dengan segala kaya jiwa dan raganya
Demokrasi junjungan tinggi tiap rakyatnya
Dengan Pancasila nan sakti jadi baja kokoh fondasi

Waktu terus lari berpacu
Silih berganti tokoh pimpinan bangsa
Manusia manusia hebat datang dan pergi
Mencoba mempercantik pertiwi tercinta

Aturan dan kebijakan tercipta dan dipercantik pula
Semoga hanya dengan satu tujuan nan mulia
Membuat negeri tercinta makin kokoh dan tenteram
Bukan demi kenyang penjarah sejahtera rakyat

Sebab rakyat telah lebih berdaulat detik ini
Bebas tanpa cekikan tuk memilih figurnya
Dengan keyakinan tuk perbahan yang indah
Tuk berlajutnya hidup anak cucu kelak

Duhai pemimpin mulia pemangku bumi pertiwi
Bebaskan kami dari jerat belenggu nestapa
Bawalah ibunda pertiwi menuju tenteram nan hakiki
Wujudkan merdeka nan sempurna buat Indonesia

MERDEKA !!                         (AAN)


Romeltea Media
LPM - SAINT Updated at:

Di Bulan Ke Sebelas

By : Kd
Musim hujan awal bulan November
Bagai oasis di tengah padang pasir
Kala rintik pertama datang
Waktu itu pula sebagai  awal pertemuan,
Antara kau dan aku, Yaitu kita
Mungkin takdir pula yang bekerja,
Atau kebetulan saja yang tengah berbicara
Tatap pertama kita,
Senyum pertama kita,
Jabat pertama kita,
Ialah awal pertemuan kita.
Jumpa pertama meninggalkan kesan,
Jumpa kedua menimbulkan rindu,
Jumpa ketiga dan seterusnya terbayang wajahmu.
Pertemuan November kala itu...
Kini merengkuh jiwa ragaku
Mengikat tiap langkah-langkahku
Oh waktu...
Terima kasih tlah membantu
Mengatur perjumpaanku,
Jombang , 09/072014


Romeltea Media
LPM - SAINT Updated at:

Sembah Bakti

 Oleh : Kd
Terbakar hingga berkobar semangat di jiwa ini
Lelah menghadapi penjajah dari negeri sendiri
Yang selalu bersembunyi di sanubari
Menggores dinding-dinding yang kokoh berdiri
Berjuang hingga yang keruh menjadi bening kembali
Hingga sang saka berkibar tanda penutup luka ini
Bambu runcing diangkat menjadi tongkat bela diri
Hentakan kaki penggerak raga dan nurani
Masih adakah semangat juang dalam jiwa ini?
Yang terkikis ragu mendayu tak  bertepi
Ku harap tiba waktu yang suci
Arak masa bersorak sorai di sepanjang pertiwi
Bendera di tenteng bangga melambai
Dalam tungku pertiwi sembah bakti

Bangkalan, 10/11/2015


Romeltea Media
LPM - SAINT Updated at:

 
back to top