Isu
paling panas dibulan Maret 2012 ini adalah isu kenaikan Bahan Bakar Minyak
(BBM) bersubsidi yang akan dilakukan Pemerintahan SBY-Boediono pada tanggal 1
April 2012. Kebijakan Pemerintah yang dikatakan tidak pro terhadap rakyat ini
menjadi topik yang selalu diberitakan diseluruh media massa baik cetak maupun
elektronik, tiada hari tanpa berita demonstrasi mahasiswa, buruh dan elemen
masyarakat lainnya ditambah dengan pemberitaan penimbunan BBM bersubsidi oleh
oknum-oknum yang ingin "memancing di air keruh" menambah carut
marutnya keadaan Indonesia. Tapi apakah benar kebijakan Pemerintah ini tidak
pro rakyat?
Isu
kenaikan BBM sebenarnya sudah berhembus semenjak akhir tahun 2011. Kenaikan
harga minyak dunia yang menyentuh hingga $130/barrel menjadi salah satu
penyebab isu ini mulai diangkat seperti yang terjadi pada tahun 2006. Kenaikan
harga minyak dunia disebabkan salah satunya karena pemblokadean teluk di dekat
negara Iran sehingga pendistribusian minyak dunia terhambat. Subsidi Pemerintah
dalam APBN 2012 yang hanya memperkirakan harga minyak dunia maksimal
$110/barrel membuat Pemerintah kalang kabut. Pemerintah beranggapan dengan
subsidi yang terus meningkat hingga menyentuh Rp4500/liter untuk Premium saja
bisa membuat APBN Indonesia yang lebih dari Rp1000 Triliun jebol dan dapat
menghancurkan perekonomian Indonesia.
Perdebatan
terjadi dimana-mana, kelompok-kelompok yang pro terhadap pemerintah terus
mengeluarkan pendapat dan saran sedangkan kelompok-kelompok yang kontra
menggalang massa untuk melakukan protes-protes dan kritikan terhadap Pemerintah
walaupun menurut penulis kedua belah pihak memberikan pendapat yang cukup masuk
akal. Kelompok yang pro tentu berpendapat jika pemerintah tidak menaikkan harga
BBM akan mengakibatkan anggaran yang sudah dianggarkan untuk program yang lain
akan pindah ke subsidi BBM dan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi tidak terjadi
sedangkan kelompok yang kontra menyerukan jika BBM naik maka seluruh kebutuhan
masyarakat akan ikut naik karena BBM adalah komoditas yang sangat penting dan
berpengaruh terhadap kenaikan harga komoditas yang lainnya.
Penulis
bukanlah seorang yang pro terhadap pemerintah tetapi juga bukan kelompok yang
kontra. Akan tetapi melihat sejarah yang ada aksi-aksi penolakan kenaikan BBM
yang sudah-sudah tidak berdampak pada keputusan pemerintah, entah pemerintah
yang tuli atau bagaimana atau pemerintah berprinsip "biarlah anjing
mengonggong kafilah tetap berlalu". Oleh karena itu penulis hanya ingin
berpikir positif saja terhadap kebijakan pemerintah tersebut. Jika BBM
bersubsidi tidak dinaikan pun dapat membuat masalah baru yaitu ketimpangan
harga BBM bersubsidi dengan BBM non-subsidi yang mencapai 2 kali lipat dapat
membuat masyarakat yang sebelumnya menggunakan BBM non-subsidi beralih kembali
menjadi pengguna BBM bersubsidi sehingga subsidi BBM tidak tepat sasaran.
Penulis hanya menunggu tindak lanjut pemerintah setelah harga BBM bersubsidi
itu dinaikan yang isunya mencapai Rp1500/liter menjadikan harga salah satu BBM
bersubsidi yaitu Premium menjadi Rp6000/liter.
Penulis
berpendapat jika benar BBM bersubsidi dinaikan, dana APBN yang dirancang kembali
menjadi R-APBN 2012 yang awalnya untuk subsidi BBM dapat dialokasikan pada
program-program lainnya tentu untuk menggerakan perekonomian Indonesia. Salah
satunya pemerintah mengeluarkan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)
sebesar Rp100rb-150rb/bulan kepada setiap keluarga miskin selama 9 bulan.
Tetapi penulis kurang sependapat dengan program tersebut karena terbukti pada
kenaikan BBM bersubsidi sebelumnya program tersebut banyak terjadi kecurangan
dan tidak berjalan baik salah satunya adalah banyaknya potongan-potongan oleh
oknum-oknum perangkat pemerintahan dibawah. Mau sampai kapan bangsa ini menjadi
bangsa fakir dan peminta-peminta?
Indonesia
adalah negara demokrasi tentu semua berpendapat benar. Demonstrasi adalah salah
satu wadah demokrasi bagi rakyat Indonesia untuk menyalurkan aspirasinya. Akan
tetapi kenyataanya Demonstrasi selalu berujung anarkis dan disayangkan para
pendemo yang anarkis kebanyakan berasal dari elemen Mahasiswa yang merupakan
para penerus bangsa ini dengan ilmu-ilmu yang sedang dibekali. Menurut pendapat
penulis jangan samakan zaman reformasi ini dengan zaman akhir orde baru dimana
Mahasiswa menjadi ujung tombak masyarakat untuk menjatuhkan pemerintah.
Mahasiswa adalah elemen masyarakat yang intelektual jika melakukan demonstrasi
dengan tujuan hanya membuat Pemerintah Pusing saja dengan demonstrasi yang
berujung anarkis apa beda Mahasiswa dengan (maaf sebelumnya) masyarakat yang
tidak dapat bersekolah hingga Perguruan Tinggi. Demonstrasi yang hingga membuat
masyarakat menjadi apatis terhadap mahasiswa dengan memblokir jalan, memblokir
pendaratan pesawat, menahan kendaraan-kendaraan dinas pemerintah daerah dan
lain sebagainya menjadikan masyarakat yang diawal menjadi korban kebijakan
pemerintah ditambah lagi dengan menjadi korban para pendemo khususnya mahasiswa
yang anarkis yang mengakibatkan kemacetan dimana-mana, mengisi bahan bakar
takut karena dijaga polisi atau TNI bersenjata lengkap dan mengggangu aktifitas
lainnya.
Kembali
pada topik penulisan, penulis berpendapat mengapa Mahasiswa tidak melakukan
aksi-aksi yang dapat berguna bagi masyarakat luas. Mahasiswa sudah dibekali dengan
ilmu-ilmu yang cukup. Mahasiswa harus dituntut kreatif salah satunya adalah
dengan membuat energi-energi alternatif pengganti BBM khususnya yang
bersubsidi. Tentu kabanyakan orang sudah pernah mendengar tentang hal tersebut
Biofuel, BioDiesel , Bioetanol dan sebagainya. Ada yang berpendapat bahwa hal
tersebut sudah tidak berfungsi, menurut penulis mungkin karena Pemerintah yang
bertugas tentang hal tersebut (Kementrian ESDM, Kementrian Pendidikan) kurang
memfasilitasi dan mendukung untuk program tersebut sehingga mahasiswa dan
civitas akademika yang lain menjadi bingung harus kemana mengadu dan meminta
dukungan.
Tentu
untuk melaksanakan program tersebut diperlukan kerjasama yang baik dari
Pemerintah dan civitas akademika. Sinergisitas harus dibentuk dengan sangat
baik untuk menjalankan program tersebut menjadi program jangka panjang dan
berkelanjutan. Alokasi anggaran pada R-APBN 2012 yang awalnya untuk subsidi BBM
akibat subsidi BBM diturunkan dan harga BBM subsidi dinaikkan tentu membuat
banyak anggaran yang berpindah karena tentu APBN 2012 Indonesia tidak dapat
dirubah jumlahnya hanya dialokasikan ke program yang lainnya. Disinilah peran
Pemerintah dan para wakil rakyat untuk memikirkan mau dipakai apa anggaran
tersebut. Menurut Penulis anggaran tersebut dapat dipakai sebagai dana bagi
para civitas akademika khususnya Mahasiswa untuk menciptakan energi-energi
alternatif lainnya contohnya Bio Etanol. Bioetanol sebagai energi alternatif
dapat berasal dari segala macam tumbuhan yang mengandung gula dengan
proses-proses tertentu. Indonesia adalah negara yang besar dan memiliki sumber
daya alam yang melimpah, seperti penggalan lirik lagu band legendaris Koes Plus
"..." hampir semua tanaman dapat tumbuh di Indonesia. Ditambah lagi
tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia banyak menelurkan para orang-orang
pintar tetapi tidak dilindungi dan diberikan sarana dan pra sarana yang memadai
untuk mengembangkan keilmuannya. Dengan dana dari pemerintah yang cukup banyak
penulis berpendapat Pemerintah dapat membangun suatu area yang khusus untuk
melaksanakan program tersebut.
Salah
satu tanaman yang dapat dibuat menjadi Bioetanol adalah singkong. Tanaman yang
sudah sangat terkenal dan dapat tumbuh hampir diseluruh pelosok negeri
Indonesia. Pemerintah bekerja sama dengan civitas akademika (khususnya
Mahasiswa) dan elemen-elemen masyarakat lainnya membangun kawasan Agro-Industri
untuk menciptakan Bioetanol. Dimana di kawasan tersebut dibagi menjadi kawasan
penananaman Singkong, pengelolaan Singkong menjadi Bioetanol hingga pendistribusin
dan pemasaran Bioetanol tersebut. Penulis yakin jika Pemerintah serius dengan
program ini harga BBM bersubsidi juga dapat ditekan karena Bioetanol dapat
dicampur dengan BBM lainnya seperti dinegara-negara maju seperti Jepang
sehingga dapat menekan biaya produksi BBM bersubsidi tersebut dan dapat membuka
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia yang pengangguran daripada
memberikan BLSM. Program tersebut pun dapat dikelola oleh pihak swasta atau
BUMN seperti Pertamina.
Penulis
berpendapat saatnya mahasiswa menjadi pengubah kehidupan bangsa, menjadi ujung
tombak masyarakat dengan cara yang benar dan sesuai dengan keilmuan nya
masing-masing. Jangan sampai masyarakat hanya melihat mahasiswa hanya menjadi
pendemo yang anarkis dan pengganggu masyarakat tetapi dengan berpikir kreatif
dengan sokongan dukungan dari Pemerintah mahasiswa dapat berkembang dan
menjadikan mahasiswa menjadi PENERUS BANGSA dan terus mengharumkan nama bangsa
Indonesia di mata dunia.
JANGAN
JADIKAN BANGSA INDONESIA MENJADI BANGSA YANG FAKIR MARI BANGUN INDONESIA KEARAH
YANG LEBIH BAIK
HIDUP MAHASISWA.
Be the first to reply!
Posting Komentar