Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari yang namanya media sosial, terlebih orang-orang yang disebut dengan manusia milenial. Entah Facebook, Instagram, Twitter, Path dan masih banyak lagi bentuk media sosial yang saat ini tengah berkembang. Media sosial sebagai tempat manusia berbagi informasi , berbagi pengalaman menarik, bahagia, sedih, berbagi foto, video dan juga sebagai sarana promosi. Manfaat media sosial sebagai sarana informasi adalah hal yang sangat baik karena semua pengetahuan ataupun berita terbaru bisa dengan mudah diakses dengan sentuhan jari–jari lentik manusia.

Namun tidak selamanya media sosial bersifat informatif dan positif. Menurut pengamatan Jean Twenge, psikolog di San Diego State University, media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter, ternyata bisa memicu krisis kepercayaan diri bagi penggunanya.

Kepercayaan diri merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap umat manusia. Tanpa percaya pada kemampuan diri, seseorang akan menjadi minder bahkan sangat minder. Tanpa kita sadari kepercayaan diri yang menurun sangat berpengaruh terhadap mental seseorang. Memang tidak semua orang mengalami hal tersebut, namun hal itu terjadi pada sebagian besar orang di Indonesia.

Menurut Twenge media sosial menciptakan pola ketertarikan secara rutin, yang “mengikat” pengguna untuk terus membukanya demi mengakses informasi. Akan tetapi, sayangnya ini juga mengisolir mereka. Akibatnya, sebagian orang pengguna medsos tidak memiliki waktu untuk keluarga dan teman-temannya. Kontak sosial mereka seolah-seolah terblokir. Karena terisolir, orang-orang tersebut  akan terus mengandalkan media sosial sebagai temannya. Di saat lingkungan sekitar dapat menerima keterbukaan informasi yang lebih agresif, ia justru akan menjadi yang tertinggal.

Media sosial itu memang menghubungkan pengguna, entah dengan ke pengguna lain atau ke informasi baru. Padahal tidak juga, ini dapat mengurangi rasa percaya diri mereka. Mereka lupa kontak sosial lebih berguna. Kontak sosial banyak bentuknya, menerima informasi baru dari mulut ke mulut, berkomunikasi dengan kerabat, dan masih banyak lagi.

Lalu ketika banyaknya manfaat dari media sosial tersebut diungkapkan, apa hubungannya dengan pudarnya kepercayaan diri?

Dari sekian banyak media sosial yang ada, coba kita tilik berapa banyak foto dan video yang diunggah setiap harinya. Semua hal itu baik adanya jika diunggah secara baik dan dilihat pula secara baik dan bijak. Dari sekian banyak foto dan video yang ada, mari kita refleksi sebenarnya apa esensi dari foto, video dan status yang dishare? Berbagi informasi kah, berbagi wawasan kah, atau sarana menunjukkan diri agar diakui? Penulis rasa fungsi utama dari media sosial dipudarkan oleh ego manusia sehingga dapat juga memudarkan kepercayaan diri seseorang.

Betapa banyak orang yang di-bully di media sosial, betapa banyak anak muda yang kehilangan kepercayaan diri hanya karena selalu sibuk melihat foto atau video dan keseruan aktivitas anak muda lainnya baik yang dikenal ataupun tidak dikenal lalu membandingkan dengan dirinya sendiri. Banyak sekali orang yang mau menyamakan diri dengan orang yang selalu dilihat di media sosial dan sebagainya hingga akhirnya menjelekkan diri sendiri dan merasa diri rendah hingga akhirnya tidak percaya pada potensi diri sendiri.

Penulis tidak bermaksud untuk menyalahkan media sosial, tetapi kita sebagai manusia yang punya logika berpikir yang baik dan perasaan yang bisa diolah, cobalah kita melihat sesuatu lebih bijak dan cobalah melihat ke dalam diri sendiri. Syukuri dirimu apa adanya karena kita semua punya potensi yang besar namun jika kita hanya melihat orang lain dan membandingkan diri kita dengan orang lain, maka kepercayaan diri kita akan hilang dan bisa jadi talenta yang ada pada diri kita sendiri akan hilang.

Sibuk mengagumi orang lain tapi kita tidak sibuk merawat diri. Coba kita melihat secara bijak, orang bisa seperti ini dan seperti itu, lihatlah dirimu, kamu juga bisa bahkan lebih dengan cara dan prosesmu sendiri. Tiap orang dikaruniai potensi dan bakat yang berbeda. Mereka bisa dengan cara mereka sendiri, kamu pun bisa dengan caramu sendiri. Jika ada yang mem-bully, jangan merasa semakin rendah.

Media sosial baik jika digunakan secara baik namun akan memiliki efek samping jika kita melihat dari kacamata yang salah dan kurang bijak dalam menentukan sikap. Semoga tulisan ini dapat menyadarkan kita semua untuk tidak menjadi budak media sosial tetapi tetaplah jadi tuan atas diri kita masing–masing sehingga pribadi kita tetap menjadi pribadi yang penuh dengan kepercayaan diri namun tetap rendah hati (kd).