Hari Kartini yang jatuh pada 21 April sudah tak asing lagi bagi kita. Bahkan mereka berbondong-bondong merayakan hari itu, mulai dari kalangan bawah, kalangan atas, anak kecil, anak muda hingga orang dewasa. Dengan beraneka ragam mereka merayakan hari bersejarah itu. Misalnya di sekolah-sekolah para remaja berbondong bondong menggunakan kebaya atau pakaian adat jawa untuk memperingati hari tersebut. Adapula yang sampai mengadakan kontes fashion adat jawa. Sayangnya, itu dulu. Beberapa tahun silam.

Lalu apakah sekarang masih ada hal-hal tersebut? Mungkin masih ada. Tapi sangat jarang sekali kita jumpai. Menurut saya, sekarang orang-orang sudah jarang yang peduli dengan perayaan-perayaan kecil terhadap hari-hari yang bersejarah tersebut. Banyak yang berfikiran ‘bodo amat’ dengan hal itu. Padahal itu salah satu bentuk dari cara melestarikan budaya Indonesia, bukan?

Beralih ke-segi yang lain. Jika tadi membahas tentang cara memperingati hari kartini, sekarang beralih membahas para wanita-nya. Dimana pada 21 april para wanita memikul peran terpenting dalam hal ini. Jika dibanding-bandingkan, terdapat perbedaan yang cukup jauh antara wanita jaman dulu dengan wanita jaman sekarang. Dulu para wanita dieluh-eluhkan dengan sikap dan pribadi yang anggun, sopan-santun, bertutur kata yang apik. Lalu sekarang? Wanita bahkan banyak yang direndahkan oleh kaum lelaki. Banyak terjadi pemerkosaan, penganiayaan dan kejahatan-kejahatan lainnya. Lalu siapa yang salah dalam hal ini, apakah para lelaki yang memang merasa paling kuat atau para wanita yang justru memancing emosi kaum lelaki?

Menurut saya, tidak sepenuhnya laki-laki bersalah disini. Ya, apa anda setuju dengan pendapat saya? Tidak. Sekarang kita tela’ah lebih detail lagi. Mulai dari pakaian yang dikenakan oleh kaum wanita jaman sekarang. Laki-laki mana yang tidak tergugah hawa nafsunya jika pakaian yang kalian kenakan ‘kekurangan bahan’ semua. Jika dulu para kaum wanita sering terlihat memakai kebaya atau baju yang terkesan panjang-panjang. Memang baju-baju seperti itu tidak jaman lagi atau sudah jadul katanya. Kita memang harus mengikuti jaman supaya tidak kuper bukan? Tapi coba pilah-pilahlah, mana yang harus diikuti atau mana yang harus ditinggalkan. Boleh mengikuti jaman, tapi pikirkan juga resiko yang akan diperoleh.

Lalu sikap dan etika. Ini yang paling menonjol menurut saya. Saya sudah menyinggung sedikit tentang hal ini tadi. Jika dibandingkan dengan etika dan sikap wanita jaman sekarang, itu sudah sangat jauh berbeda. Contohnya, banyak wanita yang naik sepeda motor bonceng tiga bahkan ada yang sampai bonceng empat. Kemudian riwa-riwi kesana kemari dengan tertawa yang keras atau berbicara yang tidak sopan. Saat saya di jalan, sering sekali saya hanya menggelengkan kepala ketika melihat orang-orang yang seperti itu. Saya saja yang perempuan memandang mereka sebagai ‘wanita yang tidak beretika’ apalagi para kaum lelaki.

Satu lagi. Tentang pernyataan ‘Wanita Selalu Benar.’ Menurut saya, itu sangat mendominasi kaum laki-laki. Kembali lagi ke fungsi dari Emansipasi wanita yang ditegakkan oleh R.A Kartini. Fungsi emansipasi sendiri adalah untuk menyetarakan supaya hak seorang wanita sama dengan hak seorang pria. Hak disini yang dimaksud adalah hak untuk menimba ilmu, hak untuk berkarya, dan hak untuk bisa berpendapat. Bukan malah mendominasi dengan kata-kata ‘Wanita Selalu Benar.’

Terakhir. Emansipasi wanita. Banyak sekali makna-makna positif yang bisa diambil dari dua kata tersebut. Untuk para wanita diluar sana, gunakanlah kata tersebut untuk meraih hak-hak kalian tapi hak-hak yang positif ya. Jangan menyalahgunakan kata ‘Emansipasi Wanita’ untuk mendominasi laki-laki. Ingatlah! Kodrat kita tetap di bawah kaum laki-laki. Tetap mereka yang akan menjadi ‘imam’ kita. Dan untuk semua orang baik laki-laki maupun perempuan, hargailah setiap perjuangan para pahlawan kita. Memperingati hari bersejarah adalah bentuk yang sederhana untuk menghargai setiap tetes pejuangan mereka (Ve).

– Selamat Hari Kartini –