Pada serangkaian pesta demokrasi yang terjadi, ada beberapa hal menarik yang mungkin perlu dibahas. Yang salah satunya adalah betapa sengitnya pendapat tentang golput alias golongan putih, yaitu mereka yang memilih tidak menggunakan hak pilih mereka dengan tidak datang ke tempat pemilihan, atau datang ke tempat pemilihan namun mencoblos kedua pasangan calon. Ini biasa dilakukan untuk mencegah penggunaan kertas-kertas suara mereka oleh Panitia pemilihan guna kepentingan salah satu pasangan calon.

Yang sangat menarik lagi, adalah dengan bangga para pemilih menyatakan kepada teman atau semua orang bahwa akan melakukan golput. Dalam polemik yang ada, beberapa orang menilai sikap orang-orang golput itu sebagai tidak bertanggung jawab kepada masa depan bangsa dan negara. Yaitu sikap tidak melawan, atau sikap membiarkan ketidak adilan, yang sangat dicela baik oleh hukum maupun agama. Karenanya sikap ganda ini menunjukkan kadar kemunafikan luar biasa dari bangsa ini dalam kehidupan bernegara. Namun beberapa juga menilai mereka yang bertindak golput justru menunjukkan perlawanan, karena tidak adanya sistem politik yang mampu memimpin dengan baik, jujur dan benar, maka jadilah sikap melawan dari mereka adalah mengambil sikap golput.

Tidak perlu jauh –jauh melihat ke sebuah negara, mari perhatikan sekitar kita, salah satunya yaitu pemilihan dalam kampus. Tak sedikit dari mereka mungkin lebih memilih golput. Entah itu karena sikap mereka melawan terhadap pemilihan yang ada atau mereka apatis terhadap pemilihan  tersebut. Jika golput ini memang berjumlah besar dan merupakan mayoritas sikap para pemilih, dengan sendirinya hasil pemilihan yang berlangsung akan mencerminkan sebuah kenyataan yang pahit. Sebuah kepemimpinan yang tidak memiliki kredibilitas maupun legitimitas untuk “memimpin” selama periode yang akan datang.

Di satu pihak, beberapa orang memastikan adanya sebuah keharusan untuk mempunyai pemimpin yang akan memimpin untuk mengatasi krisis multidimensi yang dihadapinya. Di pihak lain, mereka juga mengetahui bahwa pemerintahan yang ada secara moral dan secara politis, tidak memiliki dukungan yang diperlukan, guna memimpin pemerintahan yang efektif. Selama ini kita dihadapkan kepada keadaan yang serba tidak pasti, yang tentunya tidak memungkinkan bangsa kita memiliki kekuatan yang seharusnya ada untuk memecahkannya perlu ada jawaban, yang kelihatannya mudah dikatakan, namun sangat sulit dilaksanakan bukan ?.

(Dim)