Apakah Masih Merdeka?

Menjelang hari kemerdekaan republik indonesia yang ke 72 tahun 2017 ini, banyak sekali euforia yang ditunjukan oleh masyarakat indonesia. Seperti mulai memasang bendera, dan beberapa pernak pernik khas Tujuh Belas Agustus. Simple saja seperti mengganti foto profil akun sosial media dengan bingkai menarik bertuliskan semangat semangat perjuangan. Antusiasme ini juga di amini oleh instansi instansi seperti sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Lomba baris berbaris, maupun lomba lomba lainnya diadakan. Tak hanya itu, seluruh penjuru negeri ini, dari sabang sampai merauke, seluruh ras, suku, agama, dan budaya, turut serta merayakan hari kemerdekaan ini, sah sah saja.

Gambar : Menjelang HUT RI 72

Hari kemerdekaan, 72 tahun lalu Negeri ini merdeka. Setua itu, apakah Negeri ini masih dan akan tetap Merdeka?

Entah kenapa akhir akhir ini keresahan demi keresahan yang saya atau mungkin beberapa manusia lain yang hidup di negeri ini merasakannya juga. Pertanyaan yang sungguh ironis, ’Apakah negeri besar ini masih merdeka?’ . Berkaca dari kasus demi kasus yang berlangsung sepanjang tahun ini. Diawali dengan demo demo, aksi massa, ormas ormas yang menuntut keadilan. Tentang radikalisme dan kasus penistaan agama. Tentang teror bom yang merajalela, tentang mental mental kaum muda mudi kita yang telah di rusak oleh pergaulan bebas dan narkoba. Tentang anak smp yang melakukan aksi kekerasan dan sok berkuasa terhadap sebayanya. Tentang seorang tukang servis barang elektronik yang dituduh mencuri barang milik masjid dan dihakimi masa, dibakar sampai tewas.

Apanya yang Merdeka? Dimana-nya yang bisa disebut Merdeka?

Dan waktu pun terus menerus berjalan, memaknai hari kemerdekaan hanya dengan kemenangan lomba lomba antar kampung? Bukan hanya itu. Setidaknya merdeka-kan pikiran kita dulu. Mari saling mawas diri, mari pelajari kembali norma norma yang di wariskan nenek moyang kita. Agar tidak lagi terulang kasus kasus yang sama setiap tahunnya. Negeri ini sudah cukup banyak masalah, jika kita tak mampu merubahnya setidaknya rubahlah sikap kita sendiri.

Menjadi Mahasiswa yang Merdeka?

Mahasiswa merdeka, apakah mereka yang pintar nan jumawa, ber indeks prestasi tinggi, apakah mahasiswa dengan jabatan organisasi yang mendewa. Demo sana sini, aksi sana sini, tapi sedikit perubahan yang bisa ia perbuat. Beberapa waktu lalu terjadi sebuah insiden antara oknum kepolisian dengan beberapa mahasiswa sebuah perguruan tinggi di sumatera selatan. Menuntut turunnya uang kuliah tunggal, melakukan aksi demo sehingga menimbulkan kekerasan dengan oknum terkait. Pulang dengan luka lebam, jaket almamater yang robek sana sini. Menuntut adanya sebuah keadilan, yang entah pada siapa akan diamini. Lalu seperti apa sosok mahasiswa yang merdeka itu?

Merdeka kan pikiran kita sendiri!

Semua berawal dari Pikiran, hati nurani dan sikap kita sendiri. Tak usah jauh jauh mengambil contoh. Lihat saja di banyak sosial media, dengan sedikit kata kata dari pemikiran yang berbeda berlawanan maka akan terjadi kericuhan. Debat demi debat karena satu sama lain merasa paling benar. Apakah egoisme ciri masyarakat  yang merdeka? . mari kita mawas diri, bijak dalam berpijak, terapkan norma norma pancasila untuk diri kita dan generasi penerus kita. Bukan tentang bumi ini bulat atau datar, jangan lagi berdebat tentang kaum agama mana yang paling benar. Cukup, kita bernaung di Negara Indonesia. Indonesia adalah kita dan kita adalah indonesia. Jangan permasalahkan perbedaan, bersatulah karena perbedaan itu. Masih sangat amat banyak masalah yang harus kita selesaikan. Mari melangkah dan beri persembahan yang terbaik untuk negeri ini dengan banyak prestasi. (Jr)