SAINT-NEWS – Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura (FT UTM) yang mengatasnamakan  Aliansi Mahasiswa Peduli Demokrasi melalukan seruan aksi (23/12). Seperti yang tertulis dalam pamflet yang telah dibuat dan disebarluaskan oleh Aliansi Mahasiswa Peduli Demokrasi, seruan aksi ini berjudul: Dekan dan Wakil Dekan 3 Fakultas Teknik Ikut Campur dalam Pemilu Raya Mahasiswa, Demokrasi Mahasiswa Dicederai.

Sebelum seruan aksi ini digelar, telah diadakannya musyawarah bersama Badan Kelengkapan Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo (BK FT UTM), yang membahas tentang polemik pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura (DPM-FT UTM). Musyawarah diadakan pada hari senin, 16 Desember 2019 di Ruang Kuliah Bersama F (RKB F) 204.

Musyawarah tersebut membahas beberapa poin utama, untuk dapat dikaji ulang secara bersama. Berdasar sebaran dari grub WhatsApp BK FT, poin yang menjadi pembahasan dalam musyawarah, yaitu  Panitia pemira menghimpun seluruh kegiatan pemilihan Ketua BEM, Ketua Himpunan dan DPM FT, Pembentukan panitia pemira dilakukan oleh DPM FT, sekaligus pembentukan timeline sebagai berikut: Muswa BEM, Muswa HMP  (1-2 Des), Pendaftaran (3-4 Des), Verifikasi data, Wawancara, Debat Kandidat, Pemira BEM, HMP, dan DPM. Tidak ada pembahasan peraturan internal dalam muswa FT terkait mekanisme pemilu raya FT. Terjadi kesalahan struktur kepanitian pemilu raya FT dimana ketua pelaksana turut mendaftar pencalonan DPM di pemilu raya FT. Menurut AD-ART KM UTM Pasal 32 pasal (1)  “Pemilihan DPM-F  dilakukan melalui PEMILU mahasiswa tingkat fakultas” namun yang terjadi di pemira FT, DPM dilakukan secara aklamasi. Seluruh kegiatan pemira FT dianggap tidak Sah menurut hukum dan peraturan yang berlaku. DPM menganggap bahwa Agenda Musyawarah ini tidak sah karena pimpinan dekanat turut andil dalam Kegiatan PEMIRA Mahasiswa FT.

Forum mengajukan 2 opsi : opsi 1 dilakukan pemilu ulang dan opsi 2 pelaporan temuan kecacatan pemira FT ke DPM pusat. Sebagian forum menyetujui adanya pemilu ulang, Sebagian lainnya opsi 2. DPM melakukan press release dan WO dari ruang forum. Musyawarah tersebut berakhir dengan hasil mufakat yang belum ditemui.

Seruan aksi dimulai sekitar pukul 13.00 WIB, dengan para demostran berjalan dari gedung cakra UTM menuju gedung Ruang Kuliah Bersama F (RKB F), membawa bendera merah putih dan beberapa spanduk bertuliskan tuntutan para demostran.Sesampainya didepan gedung RKB-F tepatnya didepan ruang dekanat, para demostran yang terlihat berjumlah kurang dari 50 peserta ini menyampaikan aspirasi dan tuntutannya. Dimulai dari Moh.Jefry mahasiswa sistem informasi yang sedari awal memimpin seruan aksi. Disusul dengan Anggi mahasiswa teknik elektro, menyampaikan bahwa fakultas teknik sedang tidak baik-baik saja. Kemudian, Muhammad Lutfi Hidayat mahasiswa mekatronika memimpin para demostran menyanyikan lagu Darah Juang, dilanjut dengan mengucapkan Sumpah Mahasiswa yang diikuti oleh para peserta demostran. Masih dengan lutfi, dia menyampaikan 4 tuntutan dari Aliansi Mahasiswa Peduli Demokrasi yang diinginkan oleh  Dewan Perwakilan  Mahasiswa Fakultas Teknik kepada Dekan dan wakil dekan 3 fakultas teknik, sebagai berikut:

  • Sangat prihatin dan sangat menyayangkan tindakan intervensi dan intimidasi yang dilakukan oleh dekan dan wakil dekan III fakultas teknik terhadap panitia PEMIRA dan DPM-FT 2019.
  • Pihak rektorium harus bertindak tegas untuk menghentikan intervensi dan intimidasi yang dilakukan oleh dekan dan wakil dekan III fakultas teknik yang mencederai kebebasan demokrasi mahasiwa.
  • Menyatakan permohonan maaf atas tindakan intervensi dan intimidasi kepada panitia pemira dan DPM FT di depan khalayak umum secara lisan dan tulisan.
  • Memberhentikan secara bertanggung jawab dekan dan wakil dekan III yang sudah tidak layak menjadi pimpinan mahasiswa karena melampaui kewenangan dalam hal mengintervensi demokrasi mahasiswa.

Selang beberapa menit, Achmad jauhari, S.T., M.Kom selaku Wakil dekan III bagian kemahasiswaa keluar dari ruang dekanat menemui para demostran. Beliau memberikan waktu kepada 4 peserta demostran, sebagai perwakilan untuk melakukan negoisasi diruang dekanat.

Setelah beberapa menit, 4 perwakilan dari Aliansi Mahasiswa Peduli Demokrasi keluar dari ruang dekanat dan menyampaikan hasil negoisasi. Dari hasil negoisasi tersebut, para demostran melakukan diskusi dan kemudian hendak menyegel ruang dekanat. Namun, hal itu dicegah oleh beberapa satpam yang ada. Timbul kericuhan, sehingga Achmad jauhari, S.T., M.Kom keluar untuk yang kedua kalinya. Beliau menyampaikan bahwa jika memang bersalah laporkan ke pemimpin, “saya punya pimpinan, maka laporkan saya kepimpinan. Sudah tidak usah bernegoisasi lagi, udah bawa saja ke pimpinan, karena jika tetap bernegoisasi anda ngotot saya salah, saya ngotot anda benar. Ya kan? Silahkan saja bawa. Kalau saya salah, saya minta maaf. Ini kan versi anda (red:tuntutan para demostran), kan anda yang menyatakan saya bersalah” ungkapnya. Kemudian para demostran melakukan diskusi, dan akhirnya meninggalkan gedung RKB-F.

Dari hasil wawancara tim warta saint bersama Achmad jauhari, S.T., M.Kom, beliau menjelaskan terkait hasil negoisasi bahwasanya diarahkan keranah universitas, “saya bertanya saja tentang apa yang diinginkan, saya intervensinya dimana, untuk memperjelas suasana, dan tindakan apa yang perlu diambil. Saya arahkan keranah pusat, kan saya punya pimpinan. Secara struktur organisasi kan, saya dibawahnya warek III. Menurut tuntutan mereka kan intervensi, kalau menurut pihak dekanat kan hanya meluruskan. Kalau tidak ada penengahnya, kan agak susah. Jalan terbaik, silahkan universitas saja,” jelasnya.

Wadek III juga menambahkan bahwa jika ingin demo, tetaplah berjalan demokrasi, “kalau tetap demo silahkan berjalan demokrasi, tapi saya tetap ingin layanan mahasiswa tetap berjalan, karena sekarang musim sidang dan PKM.”

Masih dengan Achmad jauhari, S.T., M.Kom selaku wadek III, menjelaskan bahwa hal seperti ini adalah wajar. “Dinamika politik biasa, saya pengennya teman-teman FT belajar berorganisasi  dengan bijak, demokrasi dengan sehat. Saya menganggap semua anak-anak saya, kalau anak protes kan wajar,” tutupnya.

Disisi lain, hingga berita ini diterbitkan Muhammad Lutfi Hidayat selaku koordinasi lapangan belum bisa ditemui. (can, dbp, nur, ruf, qy)