SAINT NEWS – Keluarga Besar Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura adakan pengawalan berupa arak-arakan dan orasi untuk peserta Yudisium semester ganjil tahun 2018/2019 (08/3) . Yudisium yang mengusung tema  “Kiprah Alumni Fakultas Teknik Pada Industri 4.0”  ini mengambil konsep yang berbeda, menyertakan seluruh perwakilan Badan Kelengkapan dan mahasiswa Fakultas Teknik untuk mengawal 119 peserta Yudisium. Peserta terdiri dari 26 mahasiswa dari program studi Teknik Industri, 46 mahasiswa dari Teknik Elektro, dan 47 mahasiswa dari Teknik Informatika.  Meskipun acara molor satu jam dari agenda yang diselenggarakan, salah satu mahasiswa yang ikut mengawal mengaku terpukau dengan konsep baru ini, “ini merupakan pertama kali buat saya menggiring para peserta Yusidium dan saya terpukau dengan adanya arak-arakan ini. Saya berharap kedepannya, arak-arakan ini semakin bertambah orangnya, sehingga semakin ramai dan seru, ” jelas Mohammad Basuri Alafi, Mahasiswa Teknik Industri 2018.

Setya Wahyu Priyadi lulusan terbaik dari program studi Teknik Elektro dengan IPK 3,88 merasa bahwa pengawalan ini merupakan kejutan, “menurut saya itu positif. Saya sebenarnya juga tidak ngerti, ini semacam surprise. Semua peserta Yudisium tidak tahu, kami merasa aneh karena disurat undangan kumpul di aula dekanat. Aula dekanet itu kan kecil dan tidak cukup untuk peserta Yudisium. Ternyata itu untuk mengumpulkan peserta Yudisium,” tutur mahasiswa dengan lama studi 7 semester, lulus Predikat Pujian.

Pengawalan dimulai dari pelantaran Gedung RKB-F dengan melewati Gedung Cakra, Taman Kampus, hingga menuju depan Gedung Rektorat. Selanjutnya, ada beberapa orasi dari peserta yudisium, salah satunya adalah mantan Gubernur Fakultas Teknik 2017, “saya hanya memberikan salah satu persembahan yang berarti selama saya berproses di Fakultas Teknik, yaitu dengan menggiring para peserta Yudisium untuk menyanyikan lagu Mars Teknik, Buruh Tani, Darah Juang, dan Indonesia Raya,” jelas Ilham Alen Nugraha (Boteng). Mahasiswa Teknik Elektro ini juga memaparkan terkait harapannya kedepan, “hal-hal seperti ini penting, walaupun kecil. Untuk menjaga, kita mulai dari teman-teman mahasiswa baru. Kita ajarkan dan tanamkan kebiasaan Teknik semacam ini. Harus dilaksanakan”. Selain itu, mantan aktivis kampus ini juga menyayangkan terkait pengambilan hari Yudisium yang berimbas pada sedikitnya jumlah mahasiswa teknik yang ikut andil dalam pengawalan, “seharusnya, kalau dilaksanakan hari senin atau selasa mungkin akan beda cerita. Yang menyaksikan teman-teman Fakultas lain, kita bisa menyombongkan diri. Kalau dibilang ini kesalahan, mungkin kurang koordinasi antara BK dan fakultas, serta siasat yang kurang,” imbuhnya.

Menanggapi sedikitnya antusias Mahasiswa Teknik, Anang Purnomo selaku Gubernur Fakultas Teknik memaklumi karena pengambilan hari yang kurang tepat dan kedepannya akan diperbaiki, “kalau menurut saya ini kurang banyak pengawalnya. Sebenarnya pada rapat BK kemarin, saya menargetkan masing-masing Badan Kelengkapan mengeluarkan massa minimal 30, tetapi ternyata banyak yang tidak bisa karena ada yang pulang, kuliah, atau sebagainya. Memang harinya yang tidak pas. Sebenarnya, tadi semacam percobaan dan akan kita perbaiki di wisuda selanjutnya,” jelasnya. Sedangkan, terkait konsep baru ini merupakan salah satu inovasi terkini sebagai kesan yang berbeda, “arak-arakan ini merupakan salah satu inovasi baru dari BEM Fakultas Teknik sebagai kesan yang berbeda dari para alumni. Konsepnya ini juga merupakan simbolis pelepasan jas almamater”. Mahasiswa industri ini juga berharap acara semacam ini tetap berjalan, “saya harap ini menjadi acara tahunan untuk mengawal para alumni memberikan kesan yang baru. Teknik harus bisa menjadi contoh untuk fakultas-fakultas lain, karena Fakultas Teknik ini merupakan fakultas yang unik, jadi dari BEM-FT harus bisa menjadi kiblat dari fakultas-fakultas lain,” tambahnya.

Menyikapi jumlah pengawal yang mengiringi para peserta Yusidium, Bapak Dr. H. Rachmad Hidayat selaku Dekan Fakultas Teknik menyerahkan semuanya kepada Gubernur Fakultas Teknik, “kami sudah memanggil semuanya, semua dari Badan kelengkapan. Silahkan konsepnya dirundingkan. Terkait jumlah mahasiswa yang mengawal itu bukan rana saya, melainkan rana mahasiswa,” jelasnya. Dalam sambutan di Gedung Rektorat lantai 10, Bapak Rachmad juga memaparkan terkait pengambilan hari, ”kami mengambil hari jum’at karena setelah hari ini, senin sampai jum’at gedung ini sudah full,” paparnya. Dekan yang ikut serta mendampingi para peserta Yudisium juga mendukung penuh inovasi baru ini, “saya ingin suasana berbeda dan saya sampaikan ke gubernur. Konsep seperti ini menurut saya adalah ekspresi kebebasan, saya ingin dari beberapa mahasiswa bekas aktivis Fakultas Teknik menjadi mahasiswa yang terbuka. Mau ngomong apa saja boleh, asalkan sesuai dengan aturan,” tambah Bapak Rachmad. (Lin/Nac/Dew)