Tahun ini adalah kali keempat festival tersebut diselenggarakan, sekaligus merayakan hari jadi ke 50 Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Tema-tema yang diangkat di antaranya: penistaan agama, radikalisme dan terorisme.

Direktur Program Festival Literasi ASEAN Okky Madasari mengatakan, festival tersebut tetap konsisten dalam membahas secara kritis isu-isu yang penting di masyarakat, agar dapat menghasilkan pandangan dan solusi alternatif atas masalah-masalah tersebut: “Kami dengan sengaja memilih isu-isu seperti kebebasan berekspresi, radikalisme agama, termasuk diskusi tentang ayat hukum penistaan agama serta meningkatnya ancaman teror di seluruh wilayah, bahkan dunia, untuk menyuarakan pendirian kita sebagai intelektua,l agar menjadi bagian dari solusi.”

Kekerasan terhadap  kaum Rohingya di Myanmar, menguatnya  ISIS dan ancaman teror di Filipina selatan dan Indonesia serta memburuknya kebebasan berekspresi di seluruh wilayah termasuk di antara isu-isu mendesak yang akan dibahas dalam festival tersebut.(Jr)