52 Tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 5 oktober 1996 dilaksanakan sebuah konfrensi antar pemerintah khusus, konfrensi tersebut mengadopsi sebuah rekomendasi UNESCO mengenai status guru. Sehingga organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), UNESCO (United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization), menetapkan pada tanggal 5 Oktober tersebut sebagai Hari Guru Internasional (World Theachers’Day). Dimana hampir lebih dari seratus negara memperingati dan mengingat kuat hari tersebut. UNESCO mengungkapkan , bahwa hari Guru Sedunia mewakili sebuah pemahaman, kepedulian dan apresiasi yang ditujukan kepada peran inti seorang guru. Peran inti tersebut adalah memberikan ilmu pengetahuan kepada para siswanya, serta terus membangun generasi muda menjadi generasi yang lebih maju dan berkembang.

Generasi muda memanglah harus mendapatkan pengetahuan dan ilmu sesuai perkembangan zaman. Mengapa demikian? Karena dunia dan perdamaiannya akan digenggam kaum muda. Generasi akan terus berjalan dan bertukar posisi, yang terdahulu akan digantikan kaum muda yang sekarang dan pastinya bukan sembarang kaum muda. Disinilah pentingnya sebuah pendidikan, sebagai tombak kuat untuk memperkokoh kehidupan mendatang. Sehingga peran pendidik adalah pertimbangan utama untuk kasus ini. Dimana pendidik atau pengajar yang mendunia akan mencetak generasi penerus yang berkwalitas.

Guru, peran pendidik sekaligus aktor (utama) pendidikan inilah inti sari dari genarasi muda kita, bukan hanya didalam negara kita Indonesia melainkan seluruh penjuru dunia. Baik negara berkembang maupun negara maju guru pengajar selalu dibutuhkan. Sesuai dengan cultural setiap negara, kinerja, pengalaman dan model pembelajaran dari setiap guru juga berbeda-beda sesuai dengan negara asal serta tempat mereka mengajar. Mari kita tenggok guru-guru yang ada di Indonesia, mereka masih mengutamakan sistem hafalan pada proses belajar mengajar. Menjadikan siswa sekolah Indonesia dengan mudah dan tegas ketika ditanya 2+2 berapa, yaitu jawaban empat dengan suara yang lantang. Berbeda dengan pengajar diluar negeri, disana siswa-siswanya dituntut untuk memaksimalkan cara perpikir. Tidak jauh berbeda dengan pertanyaan yang ada diatas, siswa luar negeri juga akan menjawab dengan jawaban yang sama. Hanya kasus akan berbeda jika pertanyaannya diganti dengan 3 + ½, siswa  Indonesia akan terdiam dan mencari jawabannya sedang siswa-siswa diluar negeri akan menjawab dengan jawaban pasti walau sedikit memakan waktu lebih lama. Apa artinya? Di dalam Indonesia menerapkan sistem menghafal, sehingga para siswa-siswa secara tidak langsung dilatih untuk statis dan membuat mereka sulit berkembang apalagi untuk maju. Sedangkan, siswa-siswa diluar negeri atau sekolah internasional dituntun untuk berfikir keras bukan hanya sekedar menghafal.

Dari pernyataan tersebut, jelas dapat disimpulkan peran pendidik sangatlah penting. Seperti yang saya katakan diawal tadi, menduniakan peran pendidik untuk generasi muda, khususnya didalam negera berkembang seperti Indonesia. Dalam arti luas seorang pendidik atau yang lebih dikenal sebagai guru harus berpikir lebih luas untuk membuka pola pikir sehingga sistem pembelajaran yang mungkin telah puluhan tahun diterapkan mampu perlahan-lahan berganti dengan sistem yang lebih cocok dengan perkembangan zaman yang ada. Lepas dari hal itu, pengaruh Guru sangatlah besar dan tiada berbatas. Entah sampai kapan pengaruh itu akan terus berjalan. Pepatah mengatakan bahwa guru itu digugu lan ditiru, digugu berarti dipercaya dan ditiru yaitu menjadi panutan. Selamat hari Guru Dunia, harapan bangsa pendidikan semakin berkembang, keinginan dunia pendidikan kian merata diseluruh pelosok dunia.

Penulis :(CAN)