Pages

Peri dan Kuntum Lily di Gurun Lapelle


Peri  itu berkedip padaku
Dengan senyum yang tak dimiliki insane lainnya
Bertutur kasar pada apa kata hatinya
Bagai kelapa  yang ranum di ujung pohon jati

Tak sama dengan kuntum lily yang satu
Di gurun tandus lily itu tumbuh indah
Putih merekah dengan butir-butir air di wajahnya
Dengan goresan merah di sela-sela lembut bibirnya
Tiada ku dengan suaranya
Tiada ku tahu ujar akan namanya
Aku tuli
Aku buta
Tuli dengan haskie dan lirih suaranya
Buta dengan lekuk serta gurat-gurat nadi di lehernya
Anganku untuk bergulat dengan gurau
Dengannya, dengan tetes embun dari matanya

Jika Hammingway bercerita tentang  senja di Paris
Maka aku akan mendongeng
Dongeng tentang teriknya siang
Dongen tentang dinginnya malam
Dongeng tentang lily yang merekah di titik mentari
Bercecer noktah-noktah kusam di muka seorang perawan
Saat jujur ku berucap akan eloknya kelopak
Maka gigiku menjepit lidah dan berdarah
Karena betapa mulianya dia dan putih ranah pipinya
[Pak W]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar